Kisah Legenda Nyi Ratu Kidul Menikah Dengan Sultan Agung Terbaru 2017
ads
Cerita Dongeng Rakyat Legenda Hubungan Nyi Roro Kidul Dengan Sultan Agung
Dongeng kisah legenda pulau jawa terbaru kali ini,akan menceritakan kisah Ki Bodho yang sesungguhnya memiliki kemampuan yang sangat linuwih.Siapakah Ki Bodho itu apah dia Nabi Khidir AS atau orang lain mari kita simak kisahnya.
Hatta, pada suatu zaman, di tanah Jawa ada suatu kerajaan
besar bernama Mataram, yang kala itu diperintah oleh raja yang amat bijaksana,
adil dan kesaktiannya sulit diukur dengan kata-kata.Khanjeng Sultan Agung sosok
legendaris yang sampal sekarang masih acap dibicarakan oleh banyak orang.
Pada suatu ketika,
di sela-sela tapa brata yang dilakukannnya, Ia mendapatkan bisikan gaib ---
jika kerajaan Mataram ingin tenteram, damai dan sejahtera, maka, Ia harus
mempekerjakan seseorang yang bernama Ki Bodho. Sontak, usai menjalankan tapa
brata, Sultan Agung memerintahkan para abdi kepercayaannya untuk mencari
seseorang yang bernama Ki Bodho di seluruh bumi Mataram.Singkat kata, setelah
sosok Ki Bodho diketemukan dan dihadapkan kepadanya,
Sultan Agung pun berkata; “Aku
minta engkau membantu dan mengupayakan agar kedamaian, ketenteraman dan
kesejahteraan di seluruh negeri dapat terjamin”.Ki Bodho bagal tersentak.
Dengan terbata-bata,Ia pun menyahut;
“Ampun Khanjeng Sultan, hamba hanyalah
orang bodoh yang tak tahu apa-apa. Bagaimana hamba dapat membantu Baginda?’
“Aku maklum, tapi, maukah engkau
menyumbangkan sedikit tenaga dan pikiranmu untuk negara?” Jawab Sultan Agung
sambil balik bertanya.
“Jika Khanjeng Sultan telah
menitahkan, tak mungkin hamba bisa menolaknya,” jawab Ki Bodho dengan santun.
“Walau tugas berat sekalipun?”
Tanya Sultan Agung.
“Bagaimana pun beratnya, hamba
akan menjalankan tugas itu dengan senang dan ikhlas,” jawab Ki Bodho.
“Baik ... baik, jadi, apakah
engkau benarbenar bersedia untuk membantuku? Tanya Sultan Agung menginginkan kepastian.
“Jika itu sudah kehendak dan titah
Khanjeng Sultan, hamba siap untuk menjadi abdi sekalipun,” jawab Ki Bodho.
Suasana pun berubah hening. Siapa
pun yang ada di situ benar-benar tak tahu, apa sebenarnya yang diinginkan oleh
Sultan Agung. Keheningan langsung pecah tatkala Sultan Agung kembali berkata;
“Kini, engkau telah menjadi abdiku, lalu, saran apa yang bakal engkau berikan
agar dapat meningkatkan kedamaian, ketenteraman dan kesejahteraan bagi seluruh
rakyat Mataram?
”Sejenak Ki Bodho tampak merenung. Setelah menghaturkan sembah,
terdengar jawabannya mantap;
“Sebaiknya Khanjeng Sultan memelihara kuda
sembrani.”
Khanjeng Sultan Agung hanya
tersenyum, Walau la tahu bahwa kuda sembrani (kuda yang memiliki sepasang sayap
dan bisa terbang-red) itu hanya ada di Mekkah, tetapi, hal itu bukan merupakan
masalah yang besar dan berat. Apa lagi, semua warga Mataram tahu, betapa tiap
Jumat, Khanjeng Sultan Agung selalu pergi ke Mekkah untuk mendirikan salat
Jumat.
Singkat kata, Khanjeng Sultan
Agung segera berangkat ke Mekkah untuk membeli kuda sembrani. Dan sekembalinya
dari sana, Ia segera menyerahkan kuda sembrani itu untuk dirawat kepada Ki Bodho.
Sejak itu, Ki Bodho pun bertindak sebagal pekathik; abdi dalem yang bertugas
untuk merawat dan mencari rumput untuk kuda-kuda milik istana.
Cerita rakyat dongeng nusantara tentang Sultan Agung Dengan Nyi Roror Kidul
Anehnya, kuda sembrani tersebut
lebih senang makan rumput yang berasal dari tanah Arab ketimbang rumput yang
tumbuh subur di seantero bumi Mataram. Untuk itu, tiap hari, dengan kelebihan
yang dimilikinya, Ki Bodho pun harus ke Mekkah, untuk mendapatkan rumput segar
bagi kuda sembrani yang menjadi tanggung jawabnya.
Secara tidak sengaja, apa yang
dilakukan oleh Ki Bodho terlihat oleh Khanjeng Sultan Agung. Betapa tidak,
ketika Khanjeng Sultan Agung mendirikan salat Jumat di Mekkah, hatinya Iangsung
tercekat, maklum, sebelum masuk masjid Ia sempat melihat ada sebuah keranjang
dan caping (sejenis topi terbuat dan bambu yang biasa dipakai petani ke sawah
atau ke ladang-red) teronggok di pinggir pagar samping masjid.
Beberapa kali peristiwa itu
dibiarkan berlalu. Hingga pada suatu hari, karena penasaran, usai mendirikan
salat Jumat, Khanjeng Sultan Agung berjalan mendekati onggokan keranjang dan
caping serta memberikan tanda berupa garis silang dengan menggunakan kapur
sirih --- lalu kembali ke Mataram.
Setibanya di Keraton Mataram,
Khanjeng Sultan Agung melihat betapa Ki Bodho sedang asyik memberi makan kuda
sembrani. Khanjeng Sultan Agung pun mendekat sambil memperhatikan caping yang
dipakai oleh Ki Bodho. Khanjeng Sultan Agung pun mafhum, ternyata, Ki Bodho
adalah sosok yang memiliki kemampuan luar biasa.
Betapa tidak, pada caping yang
dikenakan, tampak dengan jelas garis silang clan kapur sirih yang tadi
dibuatnya usai mendirikan salat Jumat di Mekkah.Khanjeng Sultan Agung hanya
tersenyum dan meninggalkan Ki Bodho yang tengah asyik dengan kuda sembrani
peliharannya itu.
Hingga pada suatu hari, tanpa
diketahui, kuda sembrani berhasil lolos dari kandangnya. Semua lupa, melalui lubang yang terdapat di antara atap dan dinding kandang, kuda sembrani yang
dapat terbang itu berhasil meloloskan diri.
Keraton Mataram menjadi gempar.
Lolosnya sang kuda sembrani telah membuat permaisuri Khanjeng Sultan Agung,
Gusti Ratu Puteri menjadi bersedih. Tanpa berpikir panjang. ia pun langsung
mengejar kuda sembrani kesayangannya itu, Tetapi apa daya, karena sedang
mengandung, maka, larinya pun jadi tersendat-sendat.
Melihat keadaan itu, dengan cepat
Ki Bodho langsung mendekat dan mengingatkan; “Ampun Gusti, jangan dikejar”.“Kuda
itu dapat terbang sehingga Gusti tak mungkin dapat menangkapnya”, imbuh Ki
Bodho harap-harap cemas.
“itu adalah kuda kesayanganku. Aku harus
mengejar dan menangkapnya kembali”, ujar Gusti Ratu Puteri.
“Serahkan pada hamba, nanti, hamba
yang akan langsung membawanya ke keraton”, pinta Ki Bodho.
“Tidak, aku yang harus
menangkapnya,” kata Gusti Puteri sambil terus berlari
Cerita Mistis Mitos Rakyat Nusantara terjadinya pernikahan Sultan Agung Dengan Nyi Roro Kidul
Sementara sang kuda sembrani
terbang ke arah selatan, di bawah sana, dengan sekuat tenaga Gusti Ratu Puteri
terus beriari mengejarnya. Akibatnya, kandungan Gusti Ratu Puteri pun gugur dan
tempt itu, tepatnya di Gunung Permoni, sebelah selatan Plered, Kota Gede,
Yogyakarta terdapat sebuah cungkup dan sampai sekarang lebih dikenal dengan sebutan
Banyu Tetes.
Ketika Gusti Ratu Puteri sedang
menyesali perbuatannya, tiba-tiba, di hadapannya muncul seorang wanita yang
cantik jelita. Melihat itu, dengan serta merta Gusti Ratu Puteri pun bertanya;
“Siapakah engkau?”
AIih-alih jawaban, yang ditanya
bahkan berkata; “Hamba tahu, Gustri Ratu Puteri sedang mengejar-ngejar kuda
sembrani itu”.
Merasa dipermainkan, Gusti Ratu
Puteri pun kembali bertanya; “Ya ... tapi, siapakah engkau sebenarnya?”
“Hamba sanggup menangkap dan
mengembalikannya ke keraton, asal Gusti Ratu Puteri bersedia
mengabulkan
permohonan hamba,” kata wanita itu tanpa memberitahu siapa namanya.
“Apapun akan kuberikan, asal kuda
kesayanganku itu dapat kembali,” kata Gusti Ratu Puteri dengan mantap.
“Baik , kata wanita itu.
“Tetapi, siapakau engkau?” Tanya
Gusti Ratu Puteri semakin penasaran.
“Hamba Ratu Permoni”, jawab wanita
itu.
“Sekarang Gusti Ratu Puteri
silakan pulang, nanti, hamba akan mengantarkannya sendiri ke keraton,” imbuhnya
lagi.
“Lalu, imbalan apakah yang bakal
engkau minta?” Tanya Gusti Ratu Puteri.
“Hamba ingin diperisteri oleh
Kanjeng Sultan Agung,” jawab Ratu Permoni.
Mendengar jawaban itu, Gusti Ratu
Puteri hanya bisa terdiam. Tetapi apa daya, ia sudah berjanji akan meluluskan
segala yang diminta oleh wanita yang berjanji akan menangkap kuda sembrani
kesayangannya itu.
Akhirnya, dengan langkah gontai, Gusti Ratu Puteri pun
kembali ke istana. Dan benar, setibanya di istana, kuda sembrani kesayangannya
sekaligus kesayangan Khanjeng Sultan Agung telah berada di kandangnya lagi.
Dan sejak itu, Ratu Permoni atau
Khanjeng Ratu Kidul, menjadi isteri Khanjeng Sultan Agung.
itulah cerita rakyat dongeng nusantara hubungan pernikahan Sultan Agung dengan Nyi Ratu Kidul
advertisement
Loading...
loading...